Terasa
Terasa begitu
aneh
Walau sudah
terbiasa
Begitu asing
rasanya
Jika terus
begini
Aku harus
bagaimana?
Terasa berada
di ruang hampa
Jika sudah
begini
Sebenarnya aku
menerima perlakuan ini
Hingga tergores
luka dan sakit
Aku tak menolak
sedikit pun…sungguh
Namun relung
hati ini terasa mengeluh
Kenapa harus
begini?
Terasa diriku
terikat
Terasa bathin
ini tertusuk duri
Terasa darah ini
membeku
Terasa diriku
ini bagai patung
Yang tak ada
gairah
Air pun tak
ingin lagi menetes
Karena sudah
terasa pilu..lebih dari itu
Terasa tak ada
pintu masuk ke dalam hatiku
Hati ini sudah
tertutup rapat
Terasa
menjengkelkan jika sudah begini
Terasa sulit
pula untuk membukanya kembali
Lebih baik
seperti ini, menutup diri…akan jauh lebih baik
Inilah duniaku
sebenarnya ….selalu terasa sendiri
Karya
: Yan Yuliani
_ 27
Des 2010
Tak Ingin
Lagi
Aku tak ingin
merengek lagi
Cukup
sampai disini
Akan kuakhiri
semuanya
Dengan
kepasrahan yang menggrogoti kekuatanku
Tak ingin
mengeluh lagi
Tapi ingin
perbaiki kepingan hati
Yang kini hancur
berantakan
Tak ingin
mengemis perhatian lagi
Karena kutahu,
aku butuh diam
Cukup diam
membisu
Biar jadi tanya
Mestinya aku
takut ada yang hilang
Namun aku siap
kehilangan
Jika itu memang
pilihan
Karya
: Yan Yuliani
_
lupa tanggal Desember 2010
Aku Mampu
Meski
suasana sunyi
Meski
diriku sepi
Meski
sendiri dalam gelap
Meski
berjalan tak ditemani
Meski
kehidupan kelabu
Aku
masih bisa bertahan
Dan
mampu begini
Meski tak ada warna pelangi di hati
Meski aku tersingkirkan
Meski keadaannya sulit dan terjepit
Meski bathin ini meradang
Meski berat kulangkahkan kaki
Meski sulit berpijak
Aku akan tetap seperti ini
Tetap bertahan
Walaupun tersiksa bathin ini
Walaupun ada yang menarik ulur hatiku
Tapi aku masih berdiri tegak
Karena kumampu menyembunyikannya,
Dalam realita kehidupan dan di kehidupan
semu
Tak ada warna hari
Tak ada senyum di jiwa
Tak ad pula penyegarannya
Aku tetap bagini, mampu menanganinya
Meski tak ada pelipur lara
Aku tak akan lari
Walaupun disatu sisi, ada lara
Tak jadi masalah bagiku
Aku akan berusaha untuk tetap mampu
Terkadang aku ingin menyerah
Terkadang aku ingin mundur
Terkadang aku ingin pasrah
Terkadang juga ingin menghilang
Namun aku tahu, itu bodoh
Maski terkesan ego
Tapi lihatlah diriku
Pastilah akan ternyuh
Walaupun terkadang tak ada harapan
Akan kutunjukkan selalu kekuatanku
Bukan kelemahan
Aku akan tetap begini
Selalu mencoba untuk bertahan
Meski kujalani sendiri
Berat…berat yang luar biasa
Sakit…sakit yang kurasa
Akan kusimpan dalam hati
Karena kumampu begini
Buktikan saja!
Karya : Yan Yuliani
_ 7 Desember 2010
Dua Gadis
Dua gadis itu menatapku kosong
Entah itu pilu, sedih, atau perih?
Yang
jelas mata mereka telah lembab
Hingga akhirnya meneteskan air mata
Begitu
mengiris hati
Saat
mereka meneteskannya
Kami
pun terdiam
Dan
lebih mengiris hati lagi
Ketika
mereka terlontar satu Tanya
Cukup
‘mengapa?’
Mengiris…begitu
teririsnya diri ini oleh pertanyaan itu
Tak
perlu kujawab
Karena
tak ada jawabnya
Karya
: Yan Yuliani
_
4 Desember 2010
Untuk
Nania ( si ganteng), Haryati (AnakE mimi)
Kau setia berikanku senyum
Pertama kali kau jumpai diriku
Kau berikanku senyum
Kutanya namamu, kau menjawabnya dengan
senyum
Kedua
kali, kita saling bertemu
Kau tetap berikanku senyum
Meski
sebenarnya, aku lupa siapa namamu
Sekian
kali kita bertemu
Kau senantiasa berikanku senyum
Dalam
hangatnya keakraban
Yang
begitu indah bagiku
Dan
terakhir kali, saat kita ditemui penutupan
Kau tak pernah pudar berikanku senyum
Meski
sebenarnya, kau kehilanganku
Begitu
juga aku yang kehilanganmu
Dan
senyummu
Aku
tak tahu,
Apa
aku bisa menyimpan senyummu di benakku?
Aku
tak pernah tahu
Teruslah
setia berikanku senyum
Jika
kita bertemu lagi di hari esok
Entah
kapan!
Karya
: Yan Yuliani
_
3 desember 2010
Buat => Mimi Dewi
Kesendirian
Tak bisa
mengelak
Bahwa aku butuh
seraut wajah
Agar bisa
menepis kesendirianku
Kesendirian
yang kini kurasa
Ingin rasanya
keluar dari kesendirian ini
Namun tak ada
seraut wajah menghampiri
Sulit dan sulit
Tuhan, adakah
seraut wajah untukku?
Aku tak mau
lagi menunduk terpekur
Yang berharap
akan ada seorang
Datang
menghampiri dan mengangkat daguku
Aku tak mua
lagi, Tuhan!
Kucoba daguku
terangkat sendiri
Menatap ke
depan tapi tak ada apapun
Yang ada
hanyalah air mata bathinku jatuh
Karena
menangisi kesendirianku
Bukannya aku
ingin menyendiri!
Bukan! Lagipula
aku tak mau itu!
Walaupun aku terbiasa dengan
kesendirian
Namun kenyataannya hatiku menolak
keras
Dan betapa pedih hati ini
Bila meratapi kesendirianku
Membuat kekosongan di hati
Karya : Yan Yuliani
_ 2 Desember 2010
Rasa Sepiku
Memang benar, sepi teman setiaku
Sahabat hidup gelapku
Tak bisa kuhindari
Jika memang sepi itu labirin hati
Munafik, jika
ada orang mengusir sepiku
Karena sepi tak
akan mati
Meski terbayang
ramai, terang, ceria, mempesona
Tapi tetap
saja, sepi mendera
Sepi
menyelimuti hidupku
Apa boleh buat?
Sepi bagian hidupku
ini
Tak ada seorang
pun yang tahu
Bahwa
diriku….merasa sepi
Teramat sangat
sepi
Kini yang bisa
kulakukan
Hanya
menikmati dan bermain dengan sepi
Menerawang
jauh entah kemana
Di dalam
keharuan
Jangan sentuh rasa sepiku ini
Bagaimana pun,
dialah yang selalu ada untukku
Karya
: Yan Yuliani
_ 27 November 2010
Biarkanku menangis
Kali ini saja, biarkan aku menangis
Mengeluarkan semua keterkejutanku
Saat kau jatuhkan butiran mutiara
Bening dan hening
Sesaat namun terasa pahit
Kau
menangisiku diujung kisah
Sungguh aku
terkejut
Tak pernah kau
seperti ini
Menangisiku
Pertama kali
kudapati butiran mutiara
Jatuh tanpa
terasa
Hingga
kuusapkan saja olehku
Kau tak menepis
Membiarkanku
terus mengusap
Dan hanyut
dalam kesedihan
Karya : Yan Yuliani
_ 23
November 2010
Untuk meredil, tmanQ
Lilin Padamku
Apa karena aku? Atau situasi?
Yang membuatmu begini? Berubah
tanpa sebab
Haruskah kurelakan seperti ini?
Tentu saja, tak-a-kan-per-nah
Selamanya, kuingin kau tetap ada
Hanya itu permintaanku
Dirimu bagaikan
lilin padamku
Memadamkan semua
perasaan
Bathinku tahu
perasaanmu dulu dan kini
Sayang, malas
kuutarakan
Mungkin karena
harga diri
Penatku timbul
dikala kau tak ada
Jangan pergi!
Aku hanya ingin ditemani
Itu saja
Tak pernah
kurasakan dan dirasa
Tentang lilin
padamku ini
Terenyuh dalam
kesendirian
Di saat kau menjadi
lilin terangku
Sedikitpun tak
pernah abaikanku
Bisakah
lakukan itu lagi?
Tak-a-kan-mung-kin-bi-sa
Karena kau
sudah menjadi lilin padamku
Sulit untuk
menyala kembali
Karya : Yan Yuliani
_ 9
november 2010
Biar sajalah
Aku selalu terbangun, meski
sebenarnya rapuh
Biar sajalah
Tak pernah kutunjukkan kalutku
Sering pula menyembunyikan perihku
Tak ada yang tahu tentang ini, biar
sajalah
Diantara sejuta
pasang mata melihatku…
Aku ini, mampu
berdiri sendiri, kuat, tegar
Padahal,
nonsense!
Aku tak seperti
itu!
Karya : Yan Yuliani
_ November 2010
Ia
Ia tak mengerti
dirinya sendiri
Ia tak memahami
sebuah arti
Ia tak bisa
melihat apa yang disaksikannya
Ia tak bisa
menerjemahkan ini semua
Yang Ia
berbuat hanyalah diam
Menenggelamkan
semua kekesalan dalam bathin
Karya : Yan Yuliani
_ Juni 2010
Untuk : Bathinku.
Setengah Diriku Pergi
Setengah diriku pergi
Mencari untuk kembali
Apa yang kucari?
Aku pun tak tahu
Limbung silih
berganti
Keresahan kian
beradu
Di tepian
kegundahan hati
Tak ada elokan
mentari
Hanyalah
kegelapan rasa menyelimuti hati
Dan awan pekat
menjadi saksi
Bukan hancur…
Bukan pula
pedih
Atau pun
terhianati
Aku hanya
sedang mencari jati diri
Yang
bersembunyi di balik tebing
Karya : Yan Yuliani
_ Mei 2010
GEMURUH
Tanganku tak mau
berhenti bergerak
Menari-nari di
atas secarik kertas
Percuma, percuma
ke tuliskn semuanya
Semuanya tak ada
arti
Gemuruh bathin,
Rasanya tak
seimbang apa yang kulakukan
Sahutan angin
bagaikan godaan iblis
Tak ingin
didengarkan
Melainkan, biar
di abaikan saja
Tetap, sahutan
angin itu menyergapku,
Menusukku,
menohokku hingga ke ulu hati
Aku gemuruh di
buatnya
Gemuruh…gemuruh
dalam bathin
Mendorongku
melakukan di luar penalaran
Aku mencerna
sahutan angin itu lamat-lamat
Kenapa aku harus
mengikuti sahutan angin?
Ini jelas bukan
kehendak bathinku
Kurebahkan
tubuh ini ke bantalan awan
Kupejamkan mata
sesaat
Namun, hanya
ada gemuruh lagi…gemuruh lagi…!
Sekarang apa
yang harus di lakukan olehku?
Karya : Yan Yuliani
_ Mei 2010
Sama seperti kau pikirkan
Niat tulus tersimpan dalam relung
Didengar hanya Tuhan
Kuingin dirinya juga tahu
Sayang, mulutku memilih bungkam
Andai seraut wajah menghampiriku
Lalu menanyakan apa yang kurasa
Pastilah aku bernyanyi tentang niatku
Tak perlu dia tahu niatan ini
Tak cukup untuk di utarakan
Aku butuh melakukan
tapi diriku rapuh
Tolonglah….
Bukan dia,
Cukup seraut wajah dan Tuhan mendengarku
Hanya mereka
Karya : Yan Yuliani
_ April 2010
Tenggelam
Debur ombak
seolah mengiring kepedihanku
Tenggelam dalam
lautan pikiran
Benih butir
cemas tak bisa disingkirkan,
Tak dapat pula
dihindarkan
Seluruh badan
diam
Langkah pun
menjadi tertatih-tatih
Bahkan suaraku
seakan tercekat
Aku tenggelam
lagi
Tangan gemetar
tak bisa di gerakkan
Melihatnya,
butiran air menetes
Berharap akan
ada penyegeran
Jika tidak,
Aku kembali
tenggelam
Kegelisahan
kadang datang mendera
Ketenangan tak
kunjung datang
Bila begini,
Yang datang
hanya tenggelam
Karya : Yan
Yuliani
_ April 2010
Wanita Tercantikku
Teringat
senyummu dalam benak,
Wanita Tercantikku
Sulit tuk
pejamkan mata
Tiap kali ada
bayang semu dirimu
Tak luput
menuangkan senyum indah padaku
Senyum yang hanya
di berikan untukku
Oh…aku semakin
rindu
Wanita Tercantikku,
Izinkan aku
bersamamu
Jangan
menolak!
Ini hasratku,
mengertilah!
Aku bosan
menginjakkan kakiku di tanah lembab
Namun tak
berjumpa denganmu
Sungguh, aku
jenuh selalu menaburkan bunga untukmu
Namun tak
pernah ada jawab
Kau harus tahu,
Wanita Tercantikku
Bahwa ingin
rasanya aku menemani
Ke tampat
peristirahatanmu
Tanah lembab
yang tengah ku injak ini
Agar aku bisa
melepas semua rindu
Karya : Yan Yuliani
_ April 2010
Ungkapan dari hati seorang cowok.
Terselip Rindu
Rasa salah
menyelinap di hati kecil
Tak pernah
kuucap dalam mulut
Tetap merasa
acuh
Sering kali,
aku mengatakan tak sesungguhnya
Bahwa aku, rindu
haruskah
kuutarakan?
Tidak, egoku
lebih berkuasa di dalam diriku
Tuhan, aku
ingin Dia tahu
Teteskanlah
embun penyejuk padanya
Beri tahu dia
Sampaikan rinduku padanya
Hanya sebatas rindu, tak perlu lebih
Aku menunggu
dia bicara
“Hai…bicaralah!”
Karya : Yan
Yuliani
- April 2010
Untuk seseorang yang telah
menyakitiku di bulan April, Good Bye….
INI
Tahukah INI?
Kepuasan yang ingin terwujud
Terselimut ego
Tak ingin berpaling dari sisi manapun
Apakah INI?
INI,
Semua orang memiliki,
Begitu kau yang telah menghinaku
Tapi kau tak tahu apa-apa
Dan kau tak pernah mengerti tentang INI
Sedikit pun
Jika kau mengerti betapa aku memiliki INI
Pastilah kau diam membisu
Tahukah teriakan dan tangisan INI?
Dapatkah terdengar ke seluruh dunia hingga menembus surga?
INI,
Tumpukan kedua telapak tangan ke dada
Ku rasakan INI tersakiti
Haruskah selalu INI?
Sang hati?
Karya : Yan Yuliani
_ 26 April 2010
Puisinya mantap
BalasHapus